Cerita 17 Hari


Hari ini adalah hari ke-17 saya bercerita tentang bagaimana kami bisa melatih kecerdasan finansial Asaboy. Pada kenyataannya, kami yang lebih banyak belajar dalam hal mengelola keuangan. Setelah 17 hari ini, kami semakin nyaman ketika berdiskusi mengenai masalah finansial dalam keluarga.

dokumen pengelolaan keuangan keluarga: manual dan digital

Mulai dari membuat perencanaan anggaran, kemudian bapake mengulas anggaran yang saya ajukan. Mana yang bisa dicairkan, mana yang tidak. Mengatur prioritas pengeluaran, hingga mencatat transaksi demi transaksi secara konsisten.

Sampai hari ini, kami mempunyai 2 pembukuan; manual dan digital. Yang manual adalah buku besar, tempat semua transaksi disatukan. Sedangkan yang digital adalah berkas untuk menampung dan menganalisis transaksi keuangan kami, neraca. Di berkas digital tersebut, setiap transaksi telah dikelompokkan sesuai dengan kategori masing-masing. Mulai dari konsumsi, transportasi, hingga kebutuhan pribadi kami bertiga.

Ribet? Iya, pada awalnya. Tapi semakin hari, kami semakin terbiasa dan menikmati momen "puyeng bersama". Deg-degan bersama dan menertawakan kebodohan kami apabila ada transaksi yang lupa kami catat atau bahkan ketika kami yakin bahwa dananya yang dialokasikan cukup, tapi ternyata over budget. 

Intinya, nikmati saja.

Karena saat ini kami sedang belajar. Banyak hal yang mesti kami "nikmati" bersama sebelum benar-benar bisa mengelola keuangan dengan sempurna. Namun, kami bisa sampai di tahap ini saja, kami sudah merasa sangat bersyukur.

Paling tidak, Asaboy sudah paham bahwa ketika ia menginginkan sesuatu, ia harus berusaha terlebih dahulu. Tidak ada uang yang jatuh begitu saja dari langit. Selalu ada harga yang harus dibayar untuk setiap keinginan. Kalaupun ada yang gratis, itu semua rejeki yang sudah Allah jaminkan untuk kita.

Oya, kemarin saya mendapat kutipan sederhana yang sangat bermakna ketika menonton sebuah acara bincang-bincang "Michael Tjandra, Luar Biasa" di RTV. Sebuah kutipan dari seorang ibu yang mempunyai anak penyandang autisme,

"Allah sudah menjamin rezeki kita, tapi Allah tidak menjamin surga kita"

Sederhana tapi bermakna dalam. Dari situ saya pikir kehalalan dan kemuliaan dalam mencari rezeki harus diutamakan dibandingkan dengan nominal yang kita bawa pulang. Ini menjadi bahan evaluasi diri kami lagi. Seberapa halal rezeki yang kami bawa pulang?

Selama jangka waktu 17 hari ini, ada masa-masa di mana kami lelah dan hampir menyerah untuk melepaskan saja semuanya ke semesta. Membiarkan semua berjalan seperti apa adanya, mengalir, biasa saja. Tanpa ada perencanaan, pengelolaan. Tapi kemudian kami berpikir, masa kami harus kembali ke titik nol, bahkan minus?


Maka kami kuatkan lagi niat, tetapkan kembali tujuan di posnya. Sesuai dengan niat awal kami untuk semakin memperbaiki diri dalam hal pengelolaan keuangan. Kami analisis lagi, evaluasi lagi, menyederhanakan lagi tahapan pengelolaan keuangan agar kami bisa menikmati proses sekaligus hasil.

Bukankah ada pepatah yang mengatakan bahwa usaha tidak akan mengkhianati hasil?

So let's keep doing the stupid small and enjoy it.


#Day17
#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10Hari
#Level8
#RejekiItuPastiKemuliaanHarusDicari
#CerdasFinansial







Feature Image:
Photo by Glenn Carstens-Peters on Unsplash



Comments