Kapan Lagi Kalau Bukan Sekarang?


Master Oogway, guru dari Po, seekor panda yang merupakan tokoh utama dari film "Kung Fu Panda" pernah berkata,
"Yesterday is history, tomorrow is mystery, and today is a gift"
Lalu, apa hubungannya dengan kecerdasan finansial?

Bicara tentang kecerdasan finansial, maka tak lepas dari pengelolaan keuangan. Termasuk di dalamnya tahapan perencanaan, penggunaan dan pelaporan penggunaan anggaran. 3 tahap penting yang menjadi pilar dalam sebuah proses pengelolaan keuangan.

Cerdas finansial artinya seorang anak mampu memanfaatkan sumber daya yang ia miliki, dalam hal ini, uang, sehingga ia dapat menggunakannya dengan baik di dalam kehidupannya sehari-hari dan nggak perlu keblangsak. Nah lo, betawi nya keluar, kan?

Banyak orang pintar dan kaya, tapi akhirnya harus menerima kenyataan jatuh miskin karena nggak mampu mengelola keuangannya sendiri.
-Jadi, apa harus nunggu kaya untuk bisa mengelola keuangan?
+Ya nggak, lah?
Logikanya, kalau mengatur yang sedikit aja susah, gimana mau ngatur yang banyak?
-Lalu kapan harus belajar mengelola keuangan?
+Kapan lagi kalau bukan sekarang.

Ciee.. ini ngomongnya udah kayak financial planner aja padahal mah baru juga benahin keuangan sendiri per tahun baru kemarin.. hahahaa..

Justru karena ku sudah merasakan perihnya tak punya pengelolaan keuangan yang baik, maka ku bisa berkata demikian, sodara-sodara... #aseque


Oke, mau mulai sekarang? Mulai dari mana, dong?

1. Catat pengeluaran. Mau sejuta, seratus ribu, sepuluh ribu, sampai seratus perak pun, catet! Siapkan aja satu buku khusus untuk mencatat pengeluaran. (Btw, saran ini sudah saya baca beribu kali di beragam buku financial planner tapi baru terlaksana di 2018 ini. Sungguh susah nian mengubah kebiasaan yang sudah terendap puluhan tahun lamanya).
-Loh kok, nyatet pengeluaran dulu? Bukannya tahapannya itu rencanakan-gunakan-laporkan? wah, saran sesat, nih!
+ Ehem.. dulu saya pernah gaya-gayaan bikin rencana dulu, terus gagal total. Kenapa? karena saya nggak tahu kebiasaan saya dalam menghabiskan uang tuh gimana. Artinya, di bagian mana saya lebih banyak menghabiskan uang. Apakah di sandang, pangan, atau papan? Bagus sih kalau dimulai dari tahapan perencanaan, tapi secara personal, ketika saya mulai dengan mencatat pengeluaran, catatan selama sebulan ini saya jadikan bahan analisa untuk perencanaan di bulan berikutnya.
Dari catatan pengeluaran itulah saya bisa tahu, oh, pengeluaran gue rata-rata sehari sekian, seminggu sekian, sebulan sekian. Jadi bisa kebayang perencanaan bulan berikutnya kayak gimana. Cara ini juga meminimalisir stress karena kita bisa mengurangi kebiasaan boros secara pelan-pelan. Nggak sa'deq sa'nyet, kalau kata orang Jawa, mah.

2. Analisis pengeluaran.
Oke, gaya banget kan pake analisis segala. Berdasarkan pencatatan pengeluaran yang sudah dilakukan kemarin, maka kita bisa bagi berdasarkan kategori.
-Kategori apaan?
+Kategori pengeluaran, lah. Mana pengeluaran buat sedekah, makanan, dapur, perawatan diri. Kalo keder bikin kategorinya, sontek aja kategori di supermarket. Mayan ciamik, tuh.

Setelah dibagi berdasarkan kategori, baru deh kita kelompokkan rencana pengeluaran kita sesuai dengan pengkategorian tadi. Gampang, kan?
Pokoknya santai dan bikin semudah mungkin.

3. Buat laporan keuangan
Setiap kita akan diminta pertanggungjawaban. Itu aja sih, pegangannya.
Nah, kalo dah gitu kita bisa jadi lebih disiplin lagi dalam bikin laporan keuangan kita sendiri. Kalo yang masih single, bikin laporan keuangan untuk pribadi. Yang udah nikah, bikin laporan keuangan di Sheets, simpan di Gdrive lalu share sama suami. Atau bisa juga dengan menggunakan aplikasi keuangan yang ada di playstore. Pilih aja sesuai dengan kebutuhan.

Selama gaya berusaha mengelola keuangan gini, apa manfaat yang dirasakan?
1. Karena suami tahu ke mana aliran dana yang kami keluarkan, maka nggak ada lagi prasangka dan kesan kalau saya boros.. (gif bahagia). Rumah tangga jadi semakin harmonis. Ya, kan?
2. Tujuan finansial besar yang kami tuju rasanya menjadi lebih jelas dan terukur kapan bisa dicapainya. Kalau mau dipercepat, tinggal dipererat aja mengencangkan ikat pinggangnya (yang artinya yudadahbabay sama semua tiket nonton dan karaoke). Menunda kesenangan sementara demi kepentingan bersama.

3. Secara pribadi, saya lebih tenang dan bahagia karena tahu jumlah dana yang harus kami keluarkan dan lebih bisa menahan diri hasrat belanja/ jalan-jalan impulsif. Duh, ini sih yang paling berat. Haha.
Kenapa jadi paradoks gini? Hehe... entah, yang pasti sih sekarang saya jauh lebih nggak stress dibandingkan usaha mengelola keuangan sebelumnya.
4. Asaboy melihat apa yang kami lakukan. Itu yang paling penting. Ia melihat papanya berangkat kerja setiap hari supaya atm papanya terisi. Ia melihat kami mencatat setiap pengeluaran setiap hari. Ia melihat kami menulis daftar belanja sebelum membeli barang kebutuhan kami.

Kami mulai dari yang kecil, tapi hal yang kecil ini ternyata cukup mengubah keluarga kami. Yang tadinya sering belanja impulsif (apalagi kalau sudah ke toko buku dan toko mainan), sekarang mikir. Lihat anggaran dulu. Ada budget, nggak? Kalau ada, beli. Kalau nggak, anggarkan di bulan depan.. Cieeeee!

Boy, proses mengelola keuangan ini memang nggak gampang, nak.. tapi percayalah...

Start small, start now!

#Day8
#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10Hari
#Level8
#RejekiItuPastiKemuliaanHarusDicari

#CerdasFinansial





GIFs source:
1. https://giphy.com/gifs/panda-5Ivz8uxHriaAw
2. https://giphy.com/gifs/the-addams-family-wednesday-askwednesdayaddams-WDdDQCGWtMLvO
3. https://giphy.com/gifs/mrw-reddit-profile-UQaRUOLveyjNC
4. https://giphy.com/gifs/crossfire-gAQHxinrfufPa

Comments