Belajar Belanja (2)


Setelah kegagalan belajar belanja beberapa hari lalu, hari ini saya mengajak Asaboy untuk ikut belanja bulanan. Awalnya saya nggak mau bawa dia belanja, karena takut minta beli barang-barang di luar daftar belanja. Tapi setelah saya pikir lagi, justru ini akan jadi ajang bagus untuk melatih ia mengatur nafsu belanjanya (jiaaah.. anak umur 5 tahun diajak ngatur nafsu belanja, ngimpi apah?) Ya, namanya juga usaha. Ya nggak?





Pulang sekolah siang tadi, kami berdua meluncur ke warung sembako yang ada di dekat rumah. Dari rumah, kami sudah membawa daftar belanja berisi barang-barang apa saja yang akan kami beli di sana. Di dalamnya sudah termasuk pesanan Asaboy juga, biskuit dan camilan kesukaannya.

Maaf ya, saya nggak bisa posting daftar belanjanya di sini karena khawatir nanti ada yang beliin (haha.. PD!). Nggak deh, saya nggak posting karena memang kebutuhannya standar rumahan biasa, kok. Nggak jauh-jauh dari beras, minyak, dan kawan kawan.

Sesampainya di agen, saya yang memang baru pertama kali belanja di agen tersebut, belum familiar dengan lokasi tempat disimpannya barang-barang dagangannya. Jadi, saya dan Asaboy berkeliling dari satu lorong ke lorong lainnya.

Asaboy dengan sigapnya sudah mengambil beberapa biskuit yang dijual satuan, yang terpajang di rak bawah. Awalnya saya diamkan saja. Setelah saya selesai mengambil barang-barang kebutuhan dapur kami, saya ngobrol dengan Asaboy.
"Mas mau beli ini?" kata saya sambil menunjuk makanan kecil yang ada di tangannya.
Ia mengangguk senang.
"Mas mau sedikit atau mau banyak?" kata saya.
"Banyak" jawabnya.
"Nah, kalau beli banyak, bisa lebih murah. Tapi, mas makannya satu satu, nanti." balas saya, mulai merayu.
"Ha? murah?" tanyanya.
"Iya, kalo beli satuan gini mahal, mas. Nanti, di warung yang satu lagi, mami mau beliin mas yang satu pak. Jadi dapatnya lebih banyak" kata saya.
"Terus, yang ini gimana?" tanyanya.
"Ya, disimpan dulu.Nanti kan kita mau beli yang banyak"
"Bener?" ujarnya, nggak begitu yakin.
"Bener, mas. Mami beliin banyak biar sekalian belinya, tapi nanti dimakannya ga boleh setiap hari, sedikit-sedikit ya"
"Oh gitu. Oke mami"
Ia pun meletakkan satu demi satu kemasan biskuit dan makanan kecil yang sudah ia pegang ke tempat semula. Tanpa saya paksa. Amazing. Hahaha.

Entah karena terbuai dengan kata-kata banyak atau memang ia sudah paham maksud saya, entahlah. Yang pasti, hari ini ia bisa diajak bekerja sama, itu sudah cukup.

Sampai di warung yang kedua, saya bilang ke Asaboy bahwa ia boleh memilih 2 pak biskuit/ camilan yang ia suka. Ia pun mengambil sebuah biskuit gandum berlapis coklat dan satu pak biskuit lapis keju.
"Cukup, mas?" tanya saya.
"Cukup, mami" jawabnya.
"Oke, kita bayar, ya"
"Eh, ntar dulu mi. Itu ada biskuit kesukaan papi" katanya sambil meraih sebuah biskuit keju
Memang itu biskuit kesukaan bapake. Saya kabulkan permintaannya untuk menambah "belanjaannya".


Alhamdulillah, belajar belanja tahap dua ini terbilang sukses karena nggak ada drama, nggak ada cranky, nggak ada tawar menawar alot yang bikin saya harus mengelus dada.

Sepulang dari warung, saya ingatkan Asaboy bahwa nanti nggak ada lagi acara belanja ke minimarket atau jajan sepulang sekolah, karena mas sudah punya stok makanan kecil di rumah. Tadi sih bilangnya "iya, iya" aja, belum tahu nih nanti pelaksanaannya gimana. Haha.
Sebagai antisipasi juga, sesampainya kami di rumah, stok makanan kecilnya saya simpan di tempat yang agak tersembunyi, supaya nggak dicemilin terus. :D
Selain kurang sehat, nanti bisa lebih boros jadinya. 

Semoga kita bisa konsisten ya, boy! Amin.

#Day7
#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10Hari
#Level8
#RejekiItuPastiKemuliaanHarusDicari
#CerdasFinansial



Featured Image:
Photo by Kristen Sturdivant on Unsplash
Illustration Image:
Photo by Jennifer Pallian on Unsplash





Comments