Expect The Unexpected



Dua hari yang lalu, saya menulis tentang persahabatan sejak masa kecil sampai masa saya kuliah di Bandung. Kota yang menjadi lokasi di mana saya merasakan titik balik kehidupan. Saat ini, saya sedang berada di Bandung.

Entah bagaimana Tuhan merangkai peristiwa demi peristiwa, hingga saya bisa berada di kotanya Kang Emil saat ini. Dengan kondisi keuangan yang sangat minim, kepergian saya ke Bandung kali ini terbilang nekat sekaligus rejeki. Hahaha.


Dua orang sahabat saya sedang mengikuti pelatihan, kemudian saya iseng nyeletuk di grup WA kami. "Ikut dong". Pernyataan saya tersebut langsung ditanggapi serius. Padahal saat mengetik pesan itu, saya sedang dalam perjalanan pulang menuju kantor suami untuk menjemput si kecil yang sedang saya titipkan di sana.

Obrolan semakin bergulir dan mereka berdua tetap optimis saya bisa ikut. Sampai di kantor suami, saya langsung bilang ke beliau bahwa saya ingin ikut ke Bandung dan harus segera bersiap karena mereka sudah menunggu. Saya hanya punya waktu kurang lebih 1,5 jam.

Rejeki, suami mengizinkan. Sayangnya, Asaboy nggak mau ikut dan keukeuh mau di rumah aja sama papinya. Entah keajaiban dari mana, tiba-tiba suami bilang, "Udah, kamu berangkat sendiri aja. Biar Asaboy sama aku." Call me norak, tapi para teman dekat saya tahu pasti, bahwa tidak mudah bagi saya untuk mengantongi izin suami untuk sekadar refreshing, tanpa membawa si kecil.

Saya sampai menanyai beliau berkali-kali, "beneran pi, mami boleh pergi sendiri?" Dan ia mengangguk setuju, dengan ikhlas. Alhamdulillah!
Tanpa menunggu lama, saya segera menghubungi salah satu sahabat yang tengah menunggu kepastian keberangkatan saya hari itu. Saking senangnya, kami sampai norak-norak bergembira. Hahaha. Para ibu muda dengan anak balita pasti tahu gimana rasanya bisa plesiran tanpa membawa anak. Bukan berarti kita nggak sayang anak, loh ya. Tapi, ada masa di mana kita memang perlu berkontemplasi (((KONTEMPLASI))) untuk kembali menemukan diri.

Jadilah hari itu saya berangkat, disponsori oleh kedua sahabat saya yang terbilang cukup nekat. Bagaimana tidak? Mereka sendiri mempunyai jadual pelatihan yang cukup padat. Rencana saya sih, sambil menunggu mereka pelatihan, saya akan sowan sebentar ke kampus dan menulis di masjid Salman ITB.
Alhamdulillah, kesampaian.
Ketika kedua sahabat saya sudah ada di tempat pelatihan masing-masing, saya naik gojek ke kampus dan mengetik di selasar masjid Salman.
Just like the old days. 

Hari ini, saya merasa Tuhan Maha Baik. Setelah salat tadi, pikiran saya melayang ke masa saya kecil hingga saya bisa duduk di masjid ini, saat ini. Betapa Allah sebaik-baik Perencana. Betapa Allah sayang sama saya. Betapa saya, terlalu sombong untuk mengakui bahwa saya tidak bisa apa-apa, tanpa-Nya.

#Myhappylistchallenge
#Day8



Comments