Finish, Not Perfect

Ada masa ketika kita menginginkan segala sesuatunya berjalan sempurna. Seperti dalam sebuah prosesi pernikahan yang sakral, contohnya.
Pada masa sepenting itu, tentunya kesalahan atau kealpaan sekecil apapun bisa membuat kita naik pitam, atau bahasa kerennya, hit the ceiling.

On my case, si ibu perias lupa membawa set kebaya yang harusnya saya pakai di hari super penting itu.  Marah? Sudah pasti. Tapi apa saya bisa meluapkan kemarahan saya ke si ibu perias? No, nggak bisa. Saya khawatir kalau saya marah, malah akan membuat si ibu makin grogi, grasak grusuk saat mengambil kebaya saya dan *amit2* malah bisa celaka di jalan. Saya telan bulat-bulat emosi saya dan menunggu dalam diam.

Setengah jam kemudian, si ibu perias datang kembali membawa set kebaya yang saya kenakan pada saat akad nikah sambil bolak balik memohon maaf dan memberikan pelayanan terbaiknya. Alhamdulillah, dandanan saya kelar sekitar 10 menit menjelang akad.

Memang, satu dua aral melintang saat menjelang prosesi pernikahan kami hari itu. Tapi apakah lantas pernikahan tersebut gagal? Alhamdulillah, semua terlaksana dengan cukup baik. It was finished, although not so perfect.


image

Karena terkadang, yang penting kita jalani saja sebaik-baiknya dan biarkan Allah bekerja dengan segala keajaibannya. Tantangan demi tantangan yang kami dapatkan di kelas Bunda Sayang IIP pun demikian, semuanya ajaib. Mulai dari tahap mengikuti kelas, ada saja penghalangnya. Kadang sudah siap menyimak materi, anak minta ditemani main. Atau ketika harusnya kita mengerjakan tugas, si bocah belum tidur, atau mungkin pekerjaan (baik domestik maupun publik) sudah menanti untuk diselesaikan. Kalau sudah begitu, gimana? Ya sudah, kerjakan saja. Walaupun belum sempurna, yang penting selesai saja dulu.

Hal inilah yang saya lakukan ketika mengerjakan tantangan 10 hari di kelas Bunda Sayang IIP. Bisa dilihat dari postingan blog ini, ada beberapa postingan yang tanpa gambar, bahkan tanpa hashtag atau hanya beberapa baris tulisan. Awalnya saya merasa ndak enak atau merasa nggak sreg. Tapi ya mau gimana lagi? So little time, so much to do. Saya hanya bisa mengatakan pada diri saya sendiri, kalau mau disempurnakan lagi, toh nanti bisa disunting, kan?

Ketika nanti saya sempat, saya "dandani" lagi tulisan tersebut sehingga bisa mencapai standar tulisan yang saya inginkan. Kalau nggak sempat, ya terima saja.. yang penting kan tugasnya sudah diselesaikan. hehe

Karena status "sempurna" bagi emak masa kini adalah sebuah hal yang utopis, sebuah hal yang hanya ada di dalam benak dan tergantung sebagai cita-cita di dalam benak semata. Karena sejatinya kesempurnaan adalah milik Yang Maha Kuasa. #tsaaah

#Level2
#BunsayIIP
#MelatihKemandirian
#Tantangan10hari





Comments