Komunikasi Produktif Dengan Anak (Hari 9)

Lelaki dan perempuan memang diciptakan berbeda. Maka, cara berpikir dua jenis gender ini pun berbeda. Tak jarang, teknik komunikasi yang salah menghasilkan keributan.
Lalu bagaimana cara berkomunikasi dengan gender yang berbeda ini?

Inilah yang sedang saya pelajari di kelas Bunda Sayang IIP.
Sebuah kelas online agar kami sekeluarga dapat menciptakan iklim komunikasi yang baik dan saling menghargai satu sama lain. Termasuk dengan si anak piyik ini.

Sejak saya memutuskan untuk menghabiskan waktu lebih banyak di rumah, saya merasa bahwa saya belum bisa berkomunikasi dengan baik dengan si bocah. Sudahlah berbeda gender, berkomunikasi produktif dengan anak memerlukan kondisi emosi yang stabil dan konsisten.

Tantangan, sungguh sebuah tantangan.

Seperti hari ini saat kami berangkat ke sekolah tempat saya mengajar untuk rapat dan acara berbuka puasa bersama.
Sepanjang perjalanan, Asaboy terus bertanya tentang beragam hal.
Mulai dari kenapa harus belok kiri?
Kenapa harus berhenti saat lampu merah?
Kenapa kereta jalannya maju?
Kenapa kereta berhenti di stasiun?
Kenapa kita belum sampai?
Kenapa bisnya jalan?
dan puluhan pertanyaan lainnya.

Si driver mobil online sampai bertanya, "anaknya umur berapa,bu?pertanyaannya macem-macem ya dari tadi?"

Saya menjawab dengan usia Asaboy sambil setengah tertawa dan melanjutkan menjawab pertanyaan-pertanyaan si kecil.

Ada kalanya ketika lelah saya merasa bosan untuk menjawab pertanyaan si kecil, tapi kemudian saya ingat bahwa saya ingin menjadi orang pertama yang ia tanya tentang hal yang krusial dalam hidupnya. Saya ingin menjadi orang yang bisa ia percayai dan sebagai tempat curhat.
Kalau saya lelah menjawab pertanyaannya yang kecil, bagaimana ia akan mempercayai saya untuk hal-hal yang besar?


Comments