Komunikasi Produktif Dengan Anak (Hari 13)


يَأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا اسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَ الصَّلَوةِ إِنَّ اللهَ مَعَ الصَّبِرِيْنَ
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu[99], Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
(Q.S. al-Baqarah 2: 153)

Terkadang, cuma ini pegangannya. 
Sabar, sabar, sabar... Hahahaha...
Berinteraksi dengan seorang balita yang akal dan pikirannya masih berkembang memang membutuhkan stok sabar yang tidak berkesudahan. 
Jadi ibu katanya nggak boleh mengeluh, ya?
Tapi kan ibu juga manusia.. bisa capek, bisa lelah. Hayati aja bisa lelah :D

image: www.keepcalm-o-matic.co.uk
Jadi kalau sedang spanneng, biasanya saya cuma ingat ayat ini. Kalau belum tenang juga, ya banyak-banyak istighfar aja biar kalem. Kalau sudah memuncak banget, mending menjauh dulu dari si kecil, duduk sendiri atau ke kamar mandi, ambil wudhu
Namanya juga usia fabulous four, makin hari, makin "ajaib" kelakuannya. Kemampuan linguistik yang semakin berkembang ternyata cukup menguras kesabaran mamanya. Gimana nggak? Sekarang Asaboy kalau dikasih tahu selalu nyaut. Ya, menyahut. Bagus sih, kalau untuk hal yang memang perlu respon. Tapi yang nggak itu, untuk hal-hal yang hanya perlu action, malah sebaliknya. 
Misalnya seperti saat saya ajak untuk membereskan mainan, ia akan balik bertanya, "kenapa mainannya harus diberesin?"
Atau ketika saya ingatkan untuk meletakkan handuknya di jemuran, ia akan bilang "mami aja dong yang jemur. Tolong."
Huaa... rasanya nano nano, buibu. 
Antara pengen ngejitak  atau nguyel-nguyel rambutnya itu. Tapi ya, atas nama kewarasan, maka saya cuma menghela napas dan melakukan self mantra: sabar, sabar, sabaaar. 






Comments