Inginnya Begini Malah Jadi Begitu


Siapa sih yang nggak ingin menjadi orang tua yang sempurna bagi anak-anaknya? Walaupun kesempurnaan itu sendiri adalah utopia, angan-angan semata. Namun, pastilah kita ingin menjadi orang tua yang terbaik bagi anak kita sendiri. 
Masalahnya, it's so damn hard to walk the talk!

Gambar: Pixabay

Misalnya saya, 
"Mas kalau mau main hape boleh, tapi mami atur dulu sini ya"
tap alarm, set 5 minutes
Sementara saya sendiri?
Bebas main hape kapan aja, 24 jam tanpa gangguan. U.n.l.i.m.i.t.e.d

Kalau si kecil protes, tinggal bilang "mami kan lagi kerja, sayang".
Yeup, as simple as that

Ketika si kecil selesai makan dan piringnya masih tergeletak di tempat yang sama, naluri "emak bawel" pun aktif.
"Hayo... piring bekas makan siapa, itu?"
Kemudian si kecil pun beranjak dan meletakkan piringnya di dapur.

Saya? Seringkali meletakkan gelas bekas minum di samping tempat tidur tanpa meletakkannya ke sink.

Well, okey... pengakuan dosanya bakalan panjang nanti. Let's make this thing short.

All I want to say is, 
We're just parents, aren't we?
The dreams of a perfect parents is just a theory which is not even existed!

Dari sekian banyak teori parenting yang kita dapatkan, sesungguhnya kita sendiri tengah berjuang untuk flushing praktik parenting yang kita serap selama kita menjadi anak dulu. Praktik yang telah ditanamkan bahkan sejak kita masih ada di dalam kandungan. 

Adakah yang pernah berucap:
"Kalo gue jadi ibu, gue nggak akan bentak anak gue di depan umum kayak nyokap dulu"

Realita:
Di sebuah lorong mainan di supermarket:
"Ade! mau diem nggak? Kemarin kan sudah beli mainan, masa sekarang mau beli mainan lagi?!"

nggak bentak sih, cuma menggeram.

sounds familiar?

Atau cita-cita apapun yang dulu selalu kita ucapkan bahwa kita nggak akan begini begitu kalau sudah jadi seorang ibu/ ayah, namun kenyataannya kita berbuat hal tersebut terhadap anak kita sendiri.

Gambar: Pinterest

Hellooow... tarik napas dalem dalem, pak, bu..
Santai...
Nggak apa-apa kok kalau realita nggak sama dengan idealita. Sebagaimana cerita mbak Ida Tahmidah di situs KEB, bahwa praktik dan teori itu nggak selalu selaras. Berapa pun banyaknya buku  parenting yang telah kita baca, seminar parenting yang telah kita ikuti. Tapi toh masih gagal juga ketika membujuk si kecil untuk sekedar sikat gigi?

Nggak apa-apa pak, bu... (sambil ngaca)
Karena sejatinya, kita hanya manusia biasa.
We're just made of flesh and blood, born to make mistakes.
Dengan kesalahan-kesalahan yang kita buat di depan anak-anak kita, itu memberikan contoh kepada mereka bahwa kita sama dengan mereka, kita bukan dewa.
Secara tidak langsung, mereka belajar bahwa menjadi manusia ya, seperti ini.. yang kadang inginnya begini malah jadi begitu...
Mereka akan belajar untuk mahfum dengan kesalahan orang lain.
Mereka akan belajar untuk menikmati hidup dan menerima diri mereka apa adanya.
Dan yang terpenting, mereka akan belajar untuk memaafkan diri mereka sendiri.
That means more than the whole world you gave to them!








Comments

  1. Aku pernah nonton film bad mom. Ya itu tadi Mba, enggak ada Mom yang sempurna ya. Yang penting apa yang diucapkan juga dilaksanakan... ^_^

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah, seru tuh kayaknya mbak. Aq belum nonton.. hihi..
      nah itu dia, walk the talk.. masih jadi PR besar, sih ^^

      Makasi dah mampir ya.. :)

      Delete
  2. hahaha..sulit ya kasih contoh yang benar kepada anak

    ReplyDelete

Post a Comment