Menggenggam Asa, Meraih Ilmu

Saat masih lajang dulu, saya adalah seorang perempuan yang sangat berambisi untuk dapat bersekolah hingga ke jenjang perguruan tinggi. Tidak ingin membebani orang tua, maka saya berusaha dengan bekerja sambil belajar keras untuk dapat mengejar beasiswa. Alhamdulillah, bukan hanya beasiswa namun pasangan hidup pun saya dapatkan karena kami kuliah di kampus yang sama.

Beasiswa yang pertama kali saya raih adalah sebuah program dengan jenjang D3, kemudian berlanjut ke D4. Setelah menikah, impian meraih beasiswa kuliah ke luar negeri sudah di genggaman. Jerman jadi negara tujuan. Namun Allah berkehendak lain. Saya hamil. Akhirnya, kami memutuskan bahwa saya akan kuliah S2 di dalam negeri saja. Dengan kondisi kandungan yang semakin membesar, suami dengan sabar mendampingi saya untuk menjalani beragam tes untuk meraih beasiswa S2 di ITB. Menjelang pertengahan tahun 2012, kabar baik itu datang. Saya berhasil lolos tes dan perkuliahan akan dimulai pada bulan Desember.

Rencana tinggal rencana. Saya melahirkan seorang bayi lelaki mungil pada tanggal 20 Desember 2012, tepat 2 hari sebelum hari pertama kuliah. Tidak tega meninggalkan bayi yang masih merah, juga kondisi belum memungkinkan untuk mengajak suami ke Bandung, maka dengan sangat berat hati saya harus mengundurkan diri dari program beasiswa tersebut.
Sedih? pasti. Karena bagi saya, kuliah bukan hanya sebuah mimpi tapi juga jalan untuk meningkatkan derajat dan kemampuan untuk menjadi seorang ibu dan pendidik anak bangsa. Menyesal? tidak. Karena saya yakin Allah pasti akan memberikan saya jalan lain yang lebih indah.

Laman Situs IndonesiaX
Allah Maha Baik. Tahun ini, saya tetap dapat mengikuti perkuliahan dengan dosen dari ITB. Gratis! Yang lebih menyenangkan, saya bisa belajar sambil mengasuh si kecil. Karena perkuliahan dilaksanakan secara daring. Terima kasih kepada IndonesiaX yang telah membangun sistem yang sangat mengakomodir kebutuhan emak-emak seperti saya ini. :)

Kursus oleh dosen ITB, Bapak Ir. Budi Rahardjo, MSc., PhD
Jenis kursus yang disediakan pun beragam, mulai dari tentang saham, teknologi & informasi, hukum, penyiaran, hingga manajemen perubahan. Bila dibandingkan dengan perkuliahan online yang import, IndonesiaX ini lebih mudah untuk diikuti karena:
1. Bahasa pengantar yang digunakan adalah Bahasa Indonesia. Kalaupun ada bahasa Inggris yang digunakan, adalah bahasa sehari-hari yang mudah dipahami.
tampilan aplikasi mobile
2. Jika koneksi internet di rumah kurang mendukung, kita dapat mengunduh transkrip video pembelajaran yang berupa teks dalam berkas .pdf
3. Portable. Selain situs, IndonesiaX juga menyediakan aplikasi android. Sehingga, kita dapat mengikuti perkuliahan dimana saja dan kapan saja.
4. Bersertifikat. Jika nilai kita melampaui 50% dan kita ingin mendapatkan sertifikat sah yang ditanda tangani oleh instruktur (dosen) dan pihak IndonesiaX, kita cukup  membayar biaya administrasi sebesar Rp. 250.000. Biaya yang jauh lebih murah dibandingkan dengan situs belajar daring import. Ketentuan lebih lanjut tentang sertifikat ini bisa dilihat disini

Setiap perkuliahan tentu mempunyai sistem pengujian tersendiri. Nah, di IndonesiaX ini kita bisa mengikuti ujian yang dilakukan secara daring juga. Loh, bisa nyontek dong? Bisa. Tapi apalah gunanya nyontek kalau sejatinya tujuan kita belajar mandiri adalah untuk memperoleh ilmu yang dapat kita serap? Jadi, ini kembali ke masing-masing pribadi, sih. :)

Saya pribadi sangat bersyukur dengan adanya program ini. Dengan prinsip akses untuk semua yang diusung, semoga IndonesiaX bisa menjadi agen perubahan bangsa ini. Amin!

Tertarik untuk kuliah daring juga? Yuk daftar di IndonesiaX!






Comments

  1. Don't worry Mak... saya menunggu 16 tahun untuk bisa melanjutkan kuliah lagi. Awalnya suka sedih kok nggak lolos aja, setelah sekarang dapet baru ngerti rencana Allah sesungguhnya. Mungkin saya disuruh sekolah bareng dengan anak-anak semua. Hikmah selalu datang belakangan hehehehhe

    ReplyDelete
    Replies
    1. huaaaa... amiiin... aku padamu, mbak! hehehe... makasi ya... :*

      Delete
  2. Emmm.... nganu... sebenarnya, di usia sekarang...saya kok sdh malas ya kalo otak ini dipaksa berpikir lagi. Hehe... btw terus semangat dlam mencari ilmu ya mbak....

    ReplyDelete

Post a Comment